You need to enable javaScript to run this app.

PENGARUH TATAKRAMA BAHASA SUNDA DALAM KEHIDUPAN BERBAHASA SISWA SEKOLAH MENENGAH DI TATAR SUNDA

  • Kamis, 20 Agustus 2020
  • Administrator
PENGARUH TATAKRAMA BAHASA SUNDA  DALAM KEHIDUPAN BERBAHASA SISWA SEKOLAH MENENGAH  DI TATAR SUNDA

Manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia melakukan komunikasi dengan sesama. Melalui komunikasi, manusia bisa menyampaikan ide, gagasan, dan keinginan. Namun dalam hal komunikasi ini, kadang-kadang ada beberapa orang yang kurang memperhatikan etika berbahasa.

Kadang banyak orang menggunakan lidahnya secara bebas tanpa didasari oleh pertimbangan-pertimbangan moral, nilai, maupun agama. Akibatnya, lahirlah berbagai pertentangan dan perselisihan di masayarakat. Berbicara tidak santun dapat melahirkan kesenangan komunikasi, sehingga menimbulkan situasi yang buruk dalam berbagai lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. 

Seringkali ucapan para remaja dalam berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa yang tidak santun, tidak terkecuali dengan para siswa sekolah menengah yang pada kegiatan pembelajaran tentu selalu dihadapkan dengan penguatan pembelajaran karakter, salah satunya penggunaan bahasa. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa, baik ditingkat sekolah dasar maupun menengah kurang bisa mengaplikasikan tatakrama bahasa. Hal ini perlu diperhatikan oleh pihak sekolah yang merupakan instansi resmi sebagai sumber ilmu dan penyalur ilmu pengetahuan dan juga pihak keluarga yang serta merta selalu mendampingi siswa di luar jam sekolah. 

Bahasa Sunda sebagai bahasa ibu masyarakat Sunda, mempunyai tatakrama atau ragam bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan dengan siapa kita berbicara. Hal ini bertujuan untuk saling menghormati dan menghargai antar sesama. Jika tatakrama bahasa/ragam bahasa hormat ini bisa diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari oleh para siswa sebagai generasi penerus bangsa, maka pertentangan atau perselisihan di masyarakat akan berkurang.

Tatakrama bahasa Sunda ini meliputi: 1) bahasa hormat untuk dirinya sendiri, baik berbicara dengan sesama, seusia, maupun dengan usianya yang masih dibawah dirinya. misalnya pun adi, pun bapa, pun lanceuk, pun biang, wangsul, dongkap, mésér, hoyong, neda, mondok, nguping mios, dll; 2) bahasa hormat untuk orang lain, misalnya tuang rai, tuang rama, tuang ibu, tuang éyang , mulih, candak, angkat, kulem, sumping, ngadangu, dll; 3) bahasa loma untuk sesama yang sudah akrab atau orang yang seusia dan dalam situasi yang santai/loma/akrab, misalnya balik, dahar, datang, saré, indit, dll; 4) bahasa kasa atau bahasa kasar sekali, yaitu bahasa yang dipakai untuk menyampaikan rasa marah, ketika bertengar, mengolok-olok, atau bahasa untuk hewan, misalnya aing, sia, kokod, hulu, nyatu, mantog, dll.

Jika tatakrama bahasa Sunda ini bisa disampaikan oleh guru di sekolah dan orang tua di rumah, serta diaplikasikan oleh setiap penutur bahasa, maka akan tercipta masyarakat yang 

berperilaku santun. Hali ini bisa terlihat misalnya di lingkungan sekolah, sikap siswa saat bertemu dengan guru selalu bersalaman dan mencium tangan guru dan di lingkungan keluarga dapat dirasakan dari sikap anak kepada orang tuanya dengan bertutur kata sopan/santun dan tidak membentak.

Santun berbahasa artinya akhlak menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari atau dalam pergaulan bersama dengan teman sebaya, kakak, orang tua, guru, pejabat dan santun berbahasa sangat berkaitan erat dengan rasa berbahasa. Bahasa merupakan cerminan bangsa. Sebagai generasi muda, hendaklah para siswa menjunjung tinggi bahasa santun dan asas saling menghormati dan menghargai antar sesama agar terwujud bangsa yang berbudaya dan beradab. 

Bahasa sebagai media komunikasi. Hendaklah kita berkomunikasi dengan baik untuk menyampaikan segala maksud dan tujuan. Namun janganlah lupa bahwa perkataan merupakan cerminan dari sikap. Menurut Gymnastiar (2002:10) dalam berkomunikasi tutur kata manusia dikelompokkan ke dalam empat jenis. Pertama ada orang yang berkualitas tinggi, cirinya kalau dia berbicara, isinya sarat dengan hikmah, ide, gagasan, sosusi, ilmu, zikir dan sebagainya. Kedua, orang biasa-biasa saja, cirinya selalu sibuk menceritakan peristiwa. Ketiga, orang rendahan cirinya kalau berbicara isinya hanya mengeluh, mencela atau menghina. Keempat, orang yang dangkal, cirinya menyebut-nyebut kehebatan dirinya.

Dari tuturan di atas, kita mau memilih kualitas berbicara yang mana? Keputusannya ada di diri kita masing-masing.

Oleh : Dyna Islami, S.Pd.

 

Bagikan artikel ini:
Drs. Lili Ramli, M.Kom

- Kepala Sekolah -

Assalammualaikum.Wr.Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya serta segala kebaikan yg telah diberikan sehingga…

Berlangganan
Banner